Senin, November 20, 2017

Cinta

Aku Cinta padamu sejak awal cerita panjang kita

Memang tak melulu tentang kita,
Kadang tentang mereka atau pikiran kita
Dari setapak cerita berbuah cinta

Katamu, cintamu karena fikiranku
Aku?
Lalu apa yg membuat cintaku padamu tumbuh?
Tidak ada
Karena alasannya adalah adanya dirimu yang menumbuhkan cinta itu

Seperti embun yang jatuh ketanah selalu cinta pada daun
Tak ada alasan untuk mencintai
Biarlah diri kita sebagai alasan saling mencintai

Lalu apa itu CINTA?
Bagiku, Cinta seperti buku
Tersusun dari 26 huruf alfabet namun dapat terangkai menjadi makna tak terhingga
Menciptakan dunia yang berbeda-beda
Tercipta sebagai mahakarya
Menimbulkan gelora yang tak terduga
Hanya dari 26 huruf menjadi jutaan cerita
Dan selalu berhasil menempati ruang dihati pembaca
Kita berdua adalah 26 huruf dalam abjad Cinta

Tabib dan Pengenbara dalam Kandang

Ini adalah sebuah kisah
Antara tabib dan pengembara yang terluka

Sang pengembara butuh perawatan,
Ia tahu bahwa sang tabib mampu merawatnya dengan baik,
Namun sayang ada kandang yang membatasi gerak pengembara untuk mendapat perawatan tabib,

Setiap saat tabib menjenguknya dan menengok kabar si pengembara,
Walau tak sampai untuk penyentuh tubuh pengembara, tabib tetap berusaha maksimal merawat pengembara dengan jarak yang ada,
Kandang yang mengelilingi pengembara tidak akan menyakiti pengembara,
Namun menyakiti hati karena menjadi batas antara dia dengan pengembara,

Begitu besar cinta antara tabib dan pengembara,
Mungkin dengan cinta itu lah yang menguatkan keduanya walau ada kandang sebagai pemisah,

Mulanya mereka bukan ingin dipertemukan,
Tapi waktu yang mengharuskan mereka bertemu,
Dan takdir yang menjalankan mereka mencinta,
Sampai sumpah yang terus berusaha mereka pertahankan,

Pengembara mulai pulih,
Tapi ia tetap ingin berada dalam kandang,
Tabib tak ada alasan untuk tetap tinggal,
Karena ada hal lain yang butuh sentuhan tangan dinginnya,
Pengembara yang enggan pergi dengan Tabibpun hanya rela,
Karena dalam kandang lebih aman dari pada berkelana

Tabib pergi untuk melanjutkan tugasnya,
Tanpa pengembara,
Ditinggalnya separuh jiwa yang telah melekat pada Pengembara,
Menangani pengembara lain dengan sebelah jiwa,
Berusaha utuh tanpa pernah penuh,

Jika yang separuh mulai hancur,
Tabib selamanya menjadi lebur,
Seandainya pengembara mau kabur
Walau tak sempurna, tapi dapat berbaur
Ah, Tabib hanya mencari syukur