Minggu, Juli 16, 2017

Jatuh Hati Padamu

Kamu tau bagaimana indahnya jatuh hati padamu?
Semua itu ibarat suasana sarapan sempurna dengan susu.
Sehat sekaligus sebagai pengisi energi seharian.

Aku menyukai setiap detik jatuh hati padamu,
Terlalu indah sampai bulan dan mataharipun menjadi saksinya.
Karena aku jatuh hati sepanjang siang malam.

Bagai menemukan kerang bermahkota berlian di pantai karang.
Tidak mungkin karena itu terlalu indah dan mustahil ada.
Tapi saat ini aku memiliki keindahan yang mustahil itu.
Ingin rasanya ku bawa pulang,
Dikemas dengan kotak kaca bening di atas meja kamarku.
Agar tak mudah ku sentuh dan tak sampai ku merusaknya.

Tak apa aku memiliki dalam pandang,
Cukup indah walau hanya diawang,
Dari pada aku paksa dan terkoyak,
Jatuh hatiku yang indah jadi terisak.

Jatuh hati tak melulu indah,
Kamu tau bagaimana susahnya jatuh hati padamu?
Sesusah merubah warna matahari dan bentuk bulan saat kau tidak suka dengan warna dan bentuknya.
Seberapapun usaha tetap percuma.

Cukup satu alasan susah,
karena hanya satu kesusahan yang kuhadapi dan itu membuatku lemah

Dengan segala kesusahan itu aku tak lelah terus jatuh hati padamu,
Karena aku tau, aku tidak berjuang sendiri,
Tapi bila ternyata aku sudah menjadi sendiri,
Aku bukan hanya susah,
Kini aku menjadi musnah

Senin, Juli 03, 2017

Lukisan Pelukis Menawan

Belum tidur?

Aku akan ceritakan sebuah kisah sederhana tentang seorang pelukis dan lukisan sederhananya,

Aku mengenal seorang pelukis,
Dia mempesona dan piawai,
Bukan sekedar fisiknya tapi tindak perilakunya, sampai melahirkan lukisan indah yang tak kalah mempesona

Aku jatuh hati pada sebuah karyanya,
Terlukis lembut seorang gadis biasa dan amat sederhana diatas kanvas sederhana tanpa bingkai,

Dia terlihat bangga akan karyanya tersebut, tapi tampak tak mampu untuk memajangnya di pilar tertinggi,
Bukan karena tak layak,
Tapi karna tak rela berbagi keindahan akan lukisan tersebut dengan pengunjung,

Dia punya lukisan lain,
Lukisan megah yang selalu muncul di permukaan,
Mendapat bingkai terindah sebagai pajangan,
Selalu mencolok di setiap pameran,
Sebuah lukisan yang membuatnya tenar sebagai pelukis menawan,

Ekor matanya selalu tertuju pada lukisan sederhananya,
Tampak protek pada setiap pengunjung yang menikmatinya,
Berdalih memilah,
Lukisan sederhana itu dipisah,
Pandangannya beda untuk lukisan sedehana ini,
Nafasnya seolah mendesah,
Dan amarah saat pengunjung menjamah,

Kini aku tau,
Pelukis juga jatuh hati pada karyanya sendiri yang sederhana,
Hingga tak sanggup berbagi,
Hanya dia yg boleh menikmati,

Walau sederhana dan tersembunyi,
Lukisan ini tetap memikat hati,
Aku yang mulai terpikatpun ingin memiliki,
Tapi pelukis hanya melirik geli,
Lukisan ini bukan pameran,
Lukisan ini adalah pemeran,

Karya indah pelukis yang hanya boleh dinikmati oleh pelukis,
Karya untuk dirinya sendiri,
Sebagai apresiasi atas dirinya sendiri,
Karya yang tak ternilai,
Karena si pelukis membuatnya dengan dirinya sendiri,
Dialah lukisan itu, sejuta warna menyatukan raga dan jiwanya,
Semakin utuh atas terciptanya lukisan sederhana yang membuatnya hilang separuh kesadaran,

Karena jatuh hati selalu melengkapi sekaligus merapuhkan

Kau tau, Akulah lukisan sederhana si Pelukis menawan

Minggu, Juli 02, 2017

Cinta siksamu

Malamku masih sama seperti malam yang lain,

Sendiri,
Penuh air mata
Penuh rindu
Karena penuh cinta

Tapi cintaku beda
Cinta tanpa bisa memiliki
Aku hanya berair mata sendiri
Aku hanya merindu sendiri
Karna aku akan penuh cinta sendiri

Ketika mencintai tak seindah dicintai
Haruskan ini tetap dipertahankan?

Aku hampir gila dibuatnya
Atau memang sudah gila sejak kehadirannya?

Kata-kata yang melambungkan hati tak melulu meninggikan
Terkadang melambung untuk tumbang
Atau harusnya tidak perlu melambung agak tidak tumbanh?

Cinta itu bersama
Cinta itu utuh
Cinta itu rasa saling memiliki dan saling menjaga
Cinta itu kegiatan saling. Karna jika hanya salah satunya yang merasakan bukan cinta namanya

Omong kosong tentang cinta
Karena setelah aku sadar
Ini bukan CINTA tapi adalah SIKSA

Selamat pada cintamu, aku cukup nikmat akan siksamu