Jumat, Januari 31, 2014

layanilah dengan tulus

Disebuah kotakecil, seorang anak laki-laki 10 tahun masuk ke Coffe Shop hotel dan duduk di meja. Seorang pelayan wanita menghampiri dan memberikan air putih dihadapannya. anak ini kemudian bertanya,
     "Berapa harga satu es krim sundae?"
     "50 sen." Balas si pelayan
Si anak kemudian mengeluarkan isi sakunya dan menghitung koin-koin di kantongnya.
     "wah, kalau es krim yang biasa saja berapa?" Tanya dia lagi.
Orang-orang yang duduk di meja lain sudah mulai banyak dan pelayan ini mulai tidak sabar. "Tiga puluh lima sen." Kata si pelayan sambil uring-uringan.
     "Bu, saya pesan es krim yang biasa saja ya," Ujarnya.
Sang pelayan kemudian membawa es krim tersebut, meletakkan struk dan melengos pergi. Si anak ini kemudian menikmati pesanannya. Setelah itu dia pun pergi. Ketika si pelayan itu kembali untuk membersihkan meja dia tak kuasa menitikan air mata karena haru. Di samping piring kecilnya, ada 5 buah koin 10 sen dan 5 buah koin 1 sen. Ternyata anak itu tidak bisa pesan es krim sundae karena tidak memiliki cukup uang untuk memberi tip yang layak.

Dari cerita di atas, tentu bisa kita mendapat gambaran bahwa setiap orang memiliki kesaamaan hak sehingga janganlah kita melayani orang dengan melihat penampilannya. Beri mereka ketulusan karena andai kata pun kita tidak mendapat imbalan, tentu Tuhan akan mencatat itu sebagai kebaikan

pikirkan sebelum kamu mengeluh

hari ini, sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu, pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

sebelum kamu mengeluh tidak punya apa-apa, pikirkan tentang seseorang yang harus meminta-minta dijalanan.


sebelum kamu mengeluh bahwa kamu buruk, pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk dalam hidupnya.


sebelum kamu mengeluh tentang pasanganmu, pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberi teman hidup.


sebelum kamu mengeluh tentang nasib hidupmu, pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat.


sebelum kamu mengeluh tentang anak-anakmu, pikirkan tentang seseorang yang ingin memiliki anak tetapi dirinya mandul.


sebelum kamu mengeluh tentang rumahmu yang kotor karena pembantumu lalai, pikirkan tentang orang-orang yang tinggal di jalanan dengan apa adanya.


sebelum kamu mengeluh jauhnya kamu telah menyetir, pikirkan tentang orang yang menempuh jarak sama dengan berjalan.


dan disaat kamu lelah tentang pekerjaanmu, pikirkan tentang pengangguran dan orang-orang cacat yang mencari pekerjaan sepertimu.


sebelum kamu menunjukkan jari telunjukmu untuk menyalahkan orang lain, pikirkanlah bahwa keempat jarimu yang lain menunjuk padamu dan tidak ada orang yang tidak pernah berbuat kesalahan.


jika kamu mampi untuk berfikir dahulu sebelum mengeluh, kamu akan bisa bersyukur kepada Tuhan bahwa kamu masih diberi kehidupan.


Kamis, Januari 30, 2014

miraie

Hora ashimoto wo mite goran
kore ga anata no ayumu michi
hora mae wo mite goran
are ga anata no mirai

haha ga kureta takusan no yasashima

ai wo idaite ayumeto kurikaeshita
ano toki wa mada osanakute imi nado shiranai
donna watashi no te wo nigiri
isshoni ayundekita

yume wa itsumo sora takaku aru kara

todokanakute kawai ne dakedo oitsuzukeru no
jibun no sutori dakara koso akirametakunai
fuan ni naruto te wo nigiri
isshoni ayundekita
sono yasashisa wo toki ni wa iyagari
hanareta haha e sunao ni narezu

hora ashimoto wo mite goran

kore ga anata no ayumu michi
hora mae wo mite goran
are ga anata no mirai

sono yasashisa wo toki niwa iyagari

hanareta haha e sunao ni narezu

hora ashimoto wo mite goran

kore ga anata no ayumu michi
hora mae wo mite goran
are ga anata no mirai

hora ashimoto wo mite goran

kore ga anata no ayumu michi
hora mae wo mite goran
are ga anata no mirai

mirai e mukatte

yukkuri to aruite yuko

(Vanny Chrisma W. -Serra Vonna-)

angsaku (tidak) membawaku terbang

selamat datang di Sebuah Penantian !
kata orang, untuk sesuatu yang kita sayang, batas kesabaran akan bertahan lebih bagitupun dengan penantian.
hanya sebuah waktu yang kita butuhkan sampai Dia tiba. Ya, dimana rentang waktu yang tidak terdefinisi itu membuat kita lelah.
bersiaplah memasuki ruang penantian ! bersamaa jutaan raga yang tak bersukma. selamat datang pada Ruang penuh yang tak berpenghuni. kami siapkan lembaran kertas putih yang akan Kau ukir menjadi ribuan angsa putih.

entah berapa lama angsa-angsa putih ini ku jadikan, kugantung satu demi satu dengan harapan yang berbeda. kadang aku merasa lelah, tapi aku ingat kalimat keduaku dalam posting ini. 1000 angsa. 1000 waktu. 1000 harapan. dan 1000 kesabaran demi Kamu. aku takut waktuku tidak cukup sebelum datangmu, aku takun angsa-angsa ini membawaku terbang tanpamu. sabarku bertambah tiap kali menengok gadis itu. dia bernama Impian, tangannya yang terus mengukir angsa, waktu penantiannya lebih lama dari ku, angsanya 2kali lipat dariku, harapannya lebih sederhana dariku, satu per satu angsanya terbang meninggalkannya tapi harapannya utuh, tetap sederhana. yang kubutuhkan hanya 1000 angsa yang membawamu ke hadapanku tapi angsaku hanya bisa terbang membawaku darimu. tapi yang Kamu lakukan hanya menungguku, bukan menghampiriku. apa Kamu menungguku terbang bersama angsa-angsa ini tanpamu?


hah!

angsaku telah jadi, dan Kamu belum juga bersiap datang...

Panggung kita

ketika aku tetap tinggal dalam hidupku sendiri
Hidup adalah sebuah panggung drama, dimana siapa yang memerankan tokohnya dengan baik maka dia lah yang sukses dalam drama ini. Sebuah filosofi yang menurutku sangat berpihak pada satu sudut. Dalam panggung drama ada tokoh protanonis, antagonis dan sisanya sebagai tritagonis. Semua berbanding : 1 protagonis, 1 antagonis dan 1 juta tritagonis. Sang protagonis dan antagonis akan dengan mudah mendalami karakter yg dimainkan karena mereka sebagai tokoh utama (sering muncul), bagaimana dengan tritagonis? Hanya muncul sesekali dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu menjadi juara dalam drama tersebut.



Jadi, apakah hidup ini bisa diibaratkan panggung drama? Jawabannya bisa, kita semua tokoh protagonis itu. Jadikan hidup kita sebagai panggung yang seutuhnya milik kita dan kitalah yang di nanti para penonton, penonton hanya melihat kita.

Berontak !!

Berontak ?!!
(seperti pada postingan yang lainnya selalu dipenuhi dengan tanya ku)
Apa berontak itu tanda Dewasa?
Apa berontak itu tanda Ketidaknyamanan?
Atau apa berontak itu cara kita untuk menunjukkan keberadaan kita?
mungkin satu atau dua diantaranya benar, atau mungkin ketiganya.

oke, mari kita bercerita sebelum lampu ini padam dan doa pengantar tidur tersirat. 
sayangnya saya bukan seorang psikolog yang mengerti kejiwaan seseorang, yang dapat saya tulis hanya sebuah intermezo dari suatu keadaan.

ah !
terpuruk dalam sepi kadang membuatku hilang separuh ingatan akan nurani, berdendang dengan fakta yang tertanam dalam pikirku. ya, fakta yang ku simpulkan atas kebenaranku.
kebenaran yang menurut mereka bernilai nol besar. tapi untuk apa peduli omong mereka ketika faktaku sudah benar, mereka hanya mereka dan aku selalu aku. 
aku!
kata yang menurut ayahku menunjukkan keegoisanku, "seharusnya kamu menggunakan kata saya" begitu menurutnya. lalu apa bedanya?! toh, maknanya tetap sama.

sebuah intermezo yang hanya aku. (aku yang mengerti)

pilihannya hanya: Berontak atau Terinjak -> Dewasa Gadungan !

walau saya hanya penyair gadungan, tapi saya akan mendewasa sungguhan 

no part

Hai!
hanya sekedar cerita.
Ketika tidak percaya pada seorangpun menjadi sebuah kekurangan, untungnya masih ada blog yang hampir karatan ini.
Kadang rasanya ingin punya teman (entah pria atau wanita) yang bisa membuka kepercayaannku.
oke, this is my story.
ketika berada disebuah hubungan yang berjalan mulus terlalu lama -menurut orang hubungan ini mendekati sempurna- Ya, hubungaan antara pria dan wanita, hubungan cinta. Hubungan tentang mengucapkan 'selamat tidur' dan 'selamat pagi' yang indah.
Apa kejenuhan juga akan muncul pada hubungan yang hampir sempurna itu? Apa yang harus dilakukan? Bertahan atau ........ (ah, sudah lah. pilihan kedua terlalu rumit)
astagfirullahaladzim... bahkan untuk cerita denganmu (myblog) saja masih sulit.

mungkin hubungan ini yang terlalu sempurna tanpa cacat sehingga aku merasa bahwa dia lah soulmate ku, sahabat ku. segalanya dapat ku bagi dengan dia, tapi aku tak punya orang untuk berbagi tentang dia.

Selasa, Januari 14, 2014

Jadi diri sendiri aja susah

Twin. Atau kembar. Bisa kembar identik atau kembar siam yang udah kembar dari sononya. Atau kembar tapi beda. Yup, dikembar-kembarin sama orang lah.
                Bajunya samaan, kalian kembar ya?
                Kemana-mana bareng terus, kalian kembar ya?
                Whatever lah.
Saya sebenernya tidak bermasalah dibilang kembar sama orang lain, saya sih seneng-seneng aja. Tp yang biking gak enak adalah ‘Apakah orang yang dikembar-kembarkan sama saya juga tidak berkeberatan?’
Saya sadar diri lah, saya tidak terkenal bahkan mungkin tidak lebih baik dari orang yang dikembar-kembarkan dengan saya. Bukan berfikir so’udzon sama orang, tapi saya sebenarnya lebih sadar diri saja.
Dalam hidup saya, sulit menjadi diri sendiri. Karena ketika saya menemukan jati diri saya, beberapa pihak seperti tidak meng-approve nya, seperti mengira saya menyerupai sesorang atau sesuatu (yah, mengembar-kembarkan gtu lah). Padahal prinsip saya,

“Jadilah diri sendiri, selagi tetap berbuat baik dan tidak mengganggu orang lain.”

Setiap orang selalu berusaha jadi diri sendiri. Nah, kalimat kedua itu yang sering membuat saya memasang topeng lagi demi memenuhinya. “… selagi tetap berbuat baik dan tidak mengganggu orang lain.” Saya termasuk orang yang sangat berpengaruh pada omongan orang lain terhadap saya.


Jadi, mana yang harus diutamakan? Menjadi diri sendiri seutuhnya atau membuat orang lain selalu nyaman bersama kita….