KATA
PENGANTAR
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, kami
memulai menyusun makalah KOROSI KELELAHAN ini bermaksud memeberi informasi akan
sesuatu tentang korosi kelelahan. Kami yakin bahwa teman-teman sekalian telah
mengetahui tentang korosi itu sendiri, bahwa karat dapat terjadi dimana saja
dan kapan saja. Boleh dikatakan bahwa hampir tidak ada benda padat yang tidak
berkarat atau kebal terhadap serangan karat. Masing-masing bahan memiliki
kelebihan dan kelelmahan terhadap jenis-jenis karat tertentu.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kami memulai menyusun makalah KOROSI KELELAHAN ini
bermaksud memeberi informasi akan sesuatu tentang korosi kelelahan. Kami yakin
bahwa teman-teman sekalian telah mengetahui tentang korosi itu sendiri, bahwa
karat dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Boleh dikatakan bahwa hampir
tidak ada benda padat yang tidak berkarat atau kebal terhadap serangan karat.
Masing-masing bahan memiliki kelebihan dan kelelmahan terhadap jenis-jenis
karat tertentu.
Adapun cara terbaik untuk mencegah
karat adalah dengan menciptakan suatu situasi atau suasana lingkungan yang
menetralisir terjadinya proses pengkaratan, mempergunakan bahan pelapis
permukaan yang anti terhadap suatu jenis karat tertentu, atau menggunakan bahan
yang tahan terhadap jenis karat tertentu.
Dalam kehidupan sehari-hari, jika kita mengamati benda-benda logam yang ada
i lingkungan kita, misalnya pagar halaman, pisau, paku, kawat, kerangka gedung
bertingkat, kapal, dan berbagai jenis kendaraan, tampak adanya kecenderungan
kerusakan pada logam tersebut. Proses perusakan pada permukaan logam yang
disebabkan oleh reaksi kimia disebut oleh korosi. Pada musim hujan kita sering
melihat alat-alat yang terbuat dari besi cenderung untuk mudah berkarat. hal
ini membuktikan bahwa air merupakan zat yang ikut bertanggung jawab terhadap
kerusakan logam besi tersebut. Demikian juga zat-zat yang terdapat paa
laboratorium sekolah, seperti asam dan basa.
Menurut hasil penelitian, zat-zat
kimia yang ada di lingkungan seperti H20 dan O2 dapat
menyebabkan kerusakan atau korosi pada logam. Ironisnya gas-gas hasil
pembakaran minyak bumi seperti CO2 dan SO2 dalam
keadaan lembab atau hujan dapat membentuk asam karbonat atau asam sulfit yang
juga dapat mempercepat korosi pada logam.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan
disusunnya makalah ini adalah dengan sadarnya masyarakat akan bahaya karat,
dapat dicegah terjadinya: kecelakaan kerja, pemborosan, pencemaran lingkungan
dan kurangnya keandalan peralatan produksi sehingga waktu berproduksinya rendah
dan kehilangan waktu akibat terkendalanya produksi, tinggi.
1.3 Perumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud
Korosi Kelelahan.
b. Bagaimana
cara yang tepat untuk mengatasi Korosi Kelelahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Korosi
Korosi (Perkaratan) merupakan reaksi redoks spontan antar logam dengan
zat yang ada di sekitarnya dan menghasilkan senywa yang tidak dikehendaki
biasanya berupa oksida logam atau logam karbonat. Korosi terjadi karena
sebagian besar logam mudah teroksidasi dengan melepas oksigen di udara dan
membentuk oksida logam. Mudah tidaknya suatu logam terkorosi dapat dipahami dari
deret Volta ataupun nilai potensial elektrode standarnya, Eo.(sumber:
assembly.gov.nt.ca)
Sebagai contoh, logam besi (Fe)
dengan potensial elektrode sebesar -0,44 lebih mudah terkorosi dibandingkan
dengan logam emas yang memiliki potensial elektrode standar Eo sebesar
+1,50.
Secara umum korosi logam
melibatkan beberapa reaksi sebagai berikut:
1. Reaksi oksidasi logam pada
anode:
L → L n+ + ne-
2. Reaksi reduksi pada katode
yang mungkin terjadi adalah:
• Reduksi O2 menjadi ion OH- (kondisi
netral atau basa)
O2(aq) + H2O(I) + 2e- → 2OH-(aq)
• Reduksi O2menjadi H2O (kondisi
asam)
O2(aq) + 4H+(aq) + 4e- → 2H2O(I)
• Evolusi/Pembentukan H2
2H+(aq) + 2e- → H2(g)
• Reduksi Ion Logam
L3+(aq) + e- → L2+(aq)
• Deposisi Logam
L+(aq) + e- → L(s)
Korosi
Besi Pada Kondisi Netral Atau Basa
|
Korosi
Besi Pada Kondisi Asam
|
|
Reaksi
di Anode
|
Fe(s) → Fe2+(aq) +
2e-
|
Fe(s) → Fe2+(aq) +
2e-
|
Reaksi
di Katode
|
½ O2(aq) +
H2O(I) + 2e- → 2OH-(aq)
|
O2(aq) +
4H+(aq) + 4e- →2H2O(I)
|
2.2 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
korosi
Korosi pada permukaan suatu logam
dapat dipercepat oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Kontak
Langsung logam dengan H2O dan O2
Korosi pada permukaan logam
merupakan proses yang mengandung reaksi redoks. Reaksi yang terjadi ini
merupakan sel Volta mini. sebagai contoh, korosi besi terjadi apabila ada
oksigen (O2) dan air (H2O). Logam besi tidaklah murni,
melainkan mengandung campuran karbon yang menyebar secara tidak merata dalam
logam tersebut. Akibatnya menimbulkan perbedaan potensial listrik antara atom
logam dengan atom karbon (C). Atom logam besi (Fe) bertindak sebagai anode dan
atom C sebagai katode. Oksigen dari udara yang larut dalam air akan tereduksi,
sedangkan air sendiri berfungsi sebagai media tempat berlangsungnya reaksi
redoks pada peristiwa korosi. Semakin banyak jumlah O2 dan H2O
yang mengalami kontak denan permukaan logam, maka semakin cepat berlangsungnya
korosi pada permukaan logam tersebut.
2.
Keberadaan Zat Pengotor
Zat Pengotor di permukaan logam
dapat menyebabkan terjadinya reaksi reduksi tambahan sehingga lebih banyak atom
logam yang teroksidasi. Sebagai contoh, adanya tumpukan debu karbon dari hasil
pembakaran BBM pada permukaan logam mampu mempercepat reaksi reduksi gas
oksigen pada permukaan logam. Dengan demikian peristiwa korosi semakin
dipercepat.
3. Kontak
dengan Elektrolit
Keberadaan elektrolit, seperti
garam dalam air laut dapat mempercepat laju korosi dengan menambah terjadinya
reaksi tambahan. Sedangkan konsentrasi elektrolit yang besar dapat melakukan
laju aliran elektron sehingga korosi meningkat.
4.
Temperatur
Temperatur mempengaruhi kecepatan
reaksi redoks pada peristiwa korosi. Secara umum, semakin tinggi temperatur
maka semakin cepat terjadinya korosi. Hal ini disebabkan dengan meningkatnya
temperatur maka meningkat pula energi kinetik partikel sehingga kemungkinan
terjadinya tumbukan efektif pada reaksi redoks semakin besar. Dengan demikian
laju korosi pada logam semakin meningkat. Efek korosi yang disebabkan oleh
pengaruh temperatur dapat dilihat pada perkakas-perkakas atau mesin-mesin yang
dalam pemakaiannya menimbulkan panas akibat gesekan (seperti cutting
tools ) atau dikenai panas secara langsung (seperti mesin kendaraan
bermotor).
5. pH
Peristiwa korosi pada kondisi
asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin besar, karena adanya reaksi reduksi
tambahan yang berlangsung pada katode yaitu:
2H+(aq) + 2e- → H2
Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode
menyebabkan lebih banyak atom logam yang teroksidasi sehingga laju korosi pada
permukaan logam semakin besar.
6.
Metalurgi
• Permukaan logam
Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda potensial dan
memiliki kecenderungan untuk menjadi anode yang terkorosi.
• Efek Galvanic Coupling
Kemurnian logam yang rendah mengindikasikan banyaknya atom-atom unsur lain
yang terdapat pada logam tersebut sehingga memicu terjadinya efek Galvanic
Coupling , yakni timbulnya perbedaan potensial pada permukaan
logam akibat perbedaan E° antara atom-atom unsur logam yang
berbeda dan terdapat pada permukaan logam dengan kemurnian rendah. Efek ini
memicu korosi pada permukaan logam melalui peningkatan reaksi oksidasi pada
daerah anode.
7. Mikroba
Adanya koloni mikroba pada
permukaan logam dapat menyebabkan peningkatan korosi pada logam. Hal ini
disebabkan karena mikroba tersebut mampu mendegradasi logam melalui reaksi
redoks untuk memperoleh energi bagi keberlangsungan hidupnya. Mikroba yang
mampu menyebabkan korosi, antara lain: protozoa, bakteri besi mangan oksida,
bakteri reduksi sulfat, dan bakteri oksidasi sulfur-sulfida. Thiobacillus
thiooxidans Thiobacillus ferroxidans.
2.3 Pengertian Korosi Kelelahan
Korosi
Kelelahan Cracking (CFC) mirip dengan SCC.
Korosi Kelelahan adalah kegagalan getas
dari suatu paduan yang disebabkan oleh fruktuasi stress di lingkungan korosif.
Metal yang retak akibat
adanya regangan yang terjadi bergantian atau berulang-ulang disebut gagal
karena kelelahan (fatigue)
Bila logam mendapat beban siklus yang berulang-ulang,
tetapi masih dibawah batas kekuatan luluhnya. Maka setelah sekian lama akan
patah karena terjadinya kelelahan logam. Kelelahan dapat dipercepat dengan
adanya serangan korosi. Kombinasi antara kelelahan dan korosi yang
mengakibatkan kegagalan disebut korosi lelah. Korosi lelah terjadi di daerah
yang menderita beban, lasan dan lainnya.
Kelelahan Karat adalah kelelahan dalam lingkungan korosif. Ini adalah degradasi mekanik dari
material di bawah aksi bersama darikorosi loading dan siklik. Hampir semua struktur teknik mengalami
beberapa bentuk bolak stres, dan terpapar lingkungan yang berbahaya selama masa
kerja mereka. Lingkungan memainkan peran penting dalam kelelahan tinggi
kekuatan bahan struktural seperti baja, paduan aluminium dan paduan
titanium. Bahan dengan tinggi kekuatan tertentu sedang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
kemajuan teknologi. Namun, kegunaannya tergantung sebagian besar pada
sejauh mana mereka melawan kelelahan korosi.Pengaruh lingkungan korosif pada
perilaku kelelahan logam dipelajari sedini
tahun 1930. Fenomena ini
tidak harus bingung dengankorosi retak tegang , di mana korosi (seperti pitting) menyebabkan
pengembangan rapuh, pertumbuhan retak dan kegagalan . Satu-satunya
persyaratan untuk kelelahan korosi adalah bahwa sampel berada di bawah tegangan
tarik.
Keberadaan Korosi Kelelahan.
Kegagalan yang terjadi karena kombinasi antara
kelelahan dan karat disebut Karat Kelelahan (corrosion
Fatigue). Kerusakan akibat karat kelelahan biasanya selalu lebih besar dari jumlah kerusakan karat dan kerusakann
akibat kelelahan secara terpisah. Sifat retak karat kelelahan selalu
transgranular.
Karat kelelahan biasa terjadi di dekat
titik-titik yang menderita beban, lasan pada pautan, lasan nosel, dan
lain-lain.
Kegagalan banyak terjadi pada daerah dimana cycle dan reganagn berada di atas garis
lengkung yang teratas atau diatas endurance
limit/fatigue limit (batas kelelahan), dan tidak terjadi kegagalan jika cycle dan regangan berada di bawah batas
kelelahan.
Untuk baja dan mungkin juga untuk logam lain,
batas kelelahan yang sebenarnya berada kira-kira separuh dari kuat tarik. Untuk
logam lain, “karat kelelahan” atau batas kelelahan (endurance limit) adalah suatu nilai regangan dimana nilai-nilai
regangan dibawahnya tidak menyebabkan kegagalan di dalam jumlah cycle tertentu.
Frekuensi untuk penetapan keregangan biasa
dicantumkan karena merupakan faktor yang mempengaruhi jumlah cycle
yang menyebabkan kegagalan.
Di dalam lingkungan yang korosif, kegagalan pada
tingkat regangan tertentu terjadi hanya pada jumlah cycle yang lebih sedikit dan kelelahan yang sebenarnya tidak tampak
lagi, dengan kata lain, kegagalan dapat saja terjadi pada nilai regangan berapa
saja asalkan cyclenya cukup besar.
Pengaruh korosi pada diagram SN
Pengaruh korosi pada diagram SN halus-spesimen secara
skematis diperlihatkan di sebelah kanan. Kurva A menunjukkan perilaku
kelelahan dari bahan diuji di udara. Ambang batas kelelahan (atau batas)
terlihat pada kurva A, sesuai dengan bagian horizontal dari kurva. Kurva B
dan C mewakili perilaku kelelahan dari bahan yang sama di dua lingkungan korosif. Dalam
kurva B, kegagalan kelelahan pada tingkat tegangan tinggi adalah terbelakang,
dan batas kelelahan tereliminasi. Dalam kurva C, kurva seluruh digeser ke
kiri, ini menunjukkan penurunan umum dalam kekuatan lelah, inisiasi dipercepat
pada tegangan yang lebih tinggi dan penghapusan batas kelelahan. Untuk
memenuhi kebutuhan kemajuan teknologi, lebih tinggi kekuatan bahan dikembangkan
melalui perlakuan panas atau paduan . Tinggi seperti kekuatan material umumnya menunjukkan batas
kelelahan yang lebih tinggi, dan dapat digunakan pada tingkat layanan yang
lebih tinggi stres bahkan di bawah beban siklik. Namun, kondisi lingkungan
yang korosif selama pemuatan kelelahan menghilangkan keunggulan stres, karena
sudah melewati batas kelelahan menjadi hampir tidak sensitif terhadap tingkat
kekuatan bagi kelompok tertentu paduan. Efek ini secara skematis
ditunjukkan untuk baja beberapa diagram di kiri, yang menggambarkan efek
melemahkan lingkungan yang korosif pada fungsi tinggi kekuatan bahan di bawah
kelelahan.
BAB III
DAMPAK DAN PENANGGULANGAN KOROSI
3.1 Akibat atau Dampak dari Korosi
dalam Kehidupan
Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan
berlangsung spontan, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan
sama sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga
memperlambat proses kerusakannya. Korosi pada logam menimbulkan kerugian yang
tidak sedikit. Hasil riset yang berlangsung tahun 2002 di Amerika Serikat
memperkirakan kerugian akibat korosi yang menyerag permesinan industri,
infrastruktur, samapai perangkat transportasi di negara adidaya tersebut
mencapai 276 miliar dollar AS.
Dampak yang ditimbulkan korosi
dapat berupa kerugian langsung dan kerugian tidak langsung. Kerugian langsung
berupa terjadinya kerusakan pada peralatan, permesinan atau struktur bangunan.
Sedangkan kerugian tidak langsung berupa terhentinya aktivitas produksi, karena
terjadinya pergantian peralatan yang rusak akibat korosi, bahkan kerugian tidak
langsung dapat berupa terjadinya kecelakaan yang menimbulkan korban jiwa, seperti
kejadian runtuhnya jembatan akibat korosi, terjadinya kebakaran akiba kebocoran
pipa gas karena korosi, dan meledaknya pembangkit tenaga nuklir akibat
terjadinya korosi pada pipa uapnya
3.2 Pencegahan
Korosi
Kerusakan dan penanganan korosi
pada benda-benda yang terbuat dari logam telah menelan biaya yang sangat besar,
untuk itu diperlukan upaya pencegahan untuk meminimalisir dampak negatif yang
ditimbulkan oleh korosi. Pecegahan terhadap korosi dapat dilakukan dengan
perlindungan mekanis dan perlindungan elektrokimia. Perlindungan mekanis
dilakukan dengan mencegah agar permukaan logam tidak bersentuhan dengan udara
dan air, misalnya dengan pengecatan dan pelapisan dengan logam lain
(penyepuhan). Contoh lapisan pelindung yang digunakan untuk mencegah kontak
langsung dengan H2O adalah lapisan cat, lapisan oli dan gemuk,
lapisan plastik, dan lapisan dengan logam lain, seperti Cr, Zn, dan Sn.
Perhatikan tabel berikut!
Metode
|
Penggunaan
|
Keterangan
|
Lapisan
cat
|
Kapal,
jembatan, mobil
|
Lapisan
cat mencegah kontak langsung besi dengan O2 dan H2O.
Hanya jika cat tergores/terkelupas, maka korosi mulai terjadi dan dapat
menyebar di bawah cat yang masih utuh.
|
Lapisan
oli dan gemuk
|
Bagian
bergerak dari mesin, seperti mesin mobil, barang-barang di dapur, seperti rak
pengering
|
Lapisan
oli dan gemuk mencegah kontak langsung besi dengan O2 dan H2O
dan harus dioleskan secara berkala.
|
Lapisan
Plastik
|
Barang-barang
di dapur, seperti rak pengering
|
Lapisan
plastik mencegah kontak langsung besi dengan O2dan H2O.
Hanya jika plastik terkelupas, korosi mulai terjadi.
|
Pelapisan
Sn
|
Kaleng
makanan
|
Lapisan
Sn dapat mencegah kontak langsung logam dengan O2 dan H2O.
Akan tetapi, Sn (E° = - 0.14V) kurang reakstif dibanding Fe (E° = - 0.44V).
Jadi apabila lapisan Sn tergores, maka besi dibawahnya mulai terkorosi.
|
Perlindungan elektrokimia
dilakukan untuk mencegah terjadinya korosi elektrolik (reaksi elektrokimia yang
mengoksidasi logam). Perlindungan tersebut disebut juga perlindungan katode
(proteksi katodik) atau perlindungan anode.
a. Perlindungan Katode
Perlindungan katode dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu:
1. Menggunakan Logam Lain yang Lebih Reaktif Sebagai Anode
Korban
Penggunaan logam lain yang lebih reaktif akan menempatkan logam sebagai
penyuplai e- atau bertindak sebagai anode dalam sel elektrokimia korosi. Untuk
memahami hal ini, ambil contoh penggunaan logam MG (E° = -2.37V).untuk
perlindungan logam Fe (E° = -0.44V). Mg akan bertindak sebagai anode yang
teroksidasi, sedangkan Fe akan menjadi katode dimana reduksi oksigen
berlangsung.
Anode :
Mg → Mg2+ + 2e-
Katode (Fe) : ½ O2(aq)2 + H2O(I) +
2e- → 2OH-(aq)
2. Menyuplai Listrik dari Luar
Suatu sumber listrik dihubungkan ke tangki bawah tanah yang akan dilindungi
dan ke anode inert, seperti grafit. Elektron akan mengalir dari sumber listrik
ke anode inert. Reaksi oksidasi yang terjadi akan melepas e-, yang
akan mengalir melalui elektrolit tanah menuju ke tangki yang bertindak sebagai
katode. Metode ini disebut juga Impressed current cathodic
protection (ICCP).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Korosi Kelelahan Cracking (CFC) mirip
dengan SCC.
Korosi Kelelahan adalah kegagalan getas
dari suatu paduan yang disebabkan oleh fruktuasi stress di lingkungan korosif.
Metal yang retak akibat adanya regangan
yang terjadi bergantian atau berulang-ulang disebut gagal karena kelelahan
(fatigue)
2. Bila logam mendapat beban siklus yang berulang-ulang,
tetapi masih dibawah batas kekuatan luluhnya. Maka setelah sekian lama akan
patah karena terjadinya kelelahan logam. Kelelahan dapat dipercepat dengan
adanya serangan korosi. Kombinasi antara kelelahan dan korosi yang
mengakibatkan kegagalan disebut korosi lelah. Korosi lelah terjadi di daerah
yang menderita beban, lasan dan lainnya.
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Korosi Kelelahan:
1. Kualitas Permukaan (Metalurgi)
Kekasaran permukaan dapat menyebabkan konsentrasi stress mikroskopis yang
menurunkan ketahanan fatik.
Permukaan logam yang lebih
kasar akan menimbulkan beda potensial yang memiliki kecenderungan untuk menjadi anoda yang
terkorosi
2. Temperatur
Temperatur yang tinggi mempengaruhi
penurunan ketahanan fatik meterial.
Temperatur mempengaruhi
kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi.
“Semakin tinggi
temperatur, maka semakin cepat terjadinya korosi.”
3. Keberadaan Zat Pengotor
Zat pengotor pada permukaan logam
dapat menyebabkan terjadinya reaksi reduksi tambahan, sehingga lebih banyak
atom logam yang terkorosi.
4. pH
Peristiwa korosi pada kondisi asam semakin besar, karena adanya reaksi reduksi
tambahan yang berlangsung pada katoda.
2H+ + 2e- ->
H2
4. Pencegahannya adalah ;
1.
Pengubahan Lingkungan
Penyimpanan baja harus bebas dari partikel
air asin yang terbawa angin. Karena air asin dapat menyebabkan retak karat pada
baja
2.
Mengurangi Tegangan Tarik
3. Lapisan
oli dan gemuk
Lapisan oli dan gemuk mencegah kontak
langsung besi dengan O2 dan H2O dan harus dioleskan secara
berkala.
4. Nitridasi dengan Plasma
lucutan pijar
Plasma lucutan
pijar adalah suatu cara untuk membuat lapisan tipis pada sebuah permukaan substrat
yang dihasilkan dari gas yang diionisasikan dangan medan radio frekuensi medan
DC atau gelombang nitro dalam bejana (reactor) yang bertekanan rendah (10-3 –
10 torr). Proses plasma tersebut terjadi apabila elektroda dalam bejana plasma
diberi tegangan sebesar X volt, maka akan terjadi distribusi tegangan didalam
tabung yang berada diantara katoda dan anoda. Selanjutnya terjadi ionisasi
elektron yang mengumpul pada elektroda positif, sedangkan ion-ion positif akan
berada di ruang antara katoda dan anoda.
4.2 Daftar Pustaka
- Semboy.wordpress.com/korosi
- E-dukasi.net/index.PHP
- Syahronie.blogspot.com
- Blog.ub.ac.id/veronikakristanti/author/veronikakristanti/
- http://digilib.its.ac.id/ITS-Undergraduate-3100006027542/8819/korosi-kelelahan
- http://setengahbaya.info/arsip/pengertian-korosi-kelelahan-pdfqueen-pdf-search-engine-free.html
- Widarto,Sri.1999.Karat
dan Pencegahannya.Jakarta:PT. Pradnyaparamita.
- http://en.wikipedia.org/wiki/Corrosion_fatigue
Tidak ada komentar:
Posting Komentar